Aku tak suka dengan keramaian, sesak, penuh, rasa tertekan
menyelimuti setiap gerak yang ingin kulakukan, kita tak pernah mengetahui apa
isi pikiran seseorang dengan melihat tingkah lakunya, tapi kita bisa mengetahui
kebenarannya melalui bahasa tubuh dan tatapan matanya.
Aku menyukai
kesendirian malam, melaluinya kita bisa melihat dunia, melaluinya kita
bisa menilai hidup, terkadang sebelum memejamkan mata untuk tertidur aku
terbiasa menerawang kembali, melihat apa yang telah kulakukan sedari pagi saat
membuka mata sampai tertidur, begitu banyak yang bisa kita ambil sebagai
pelajaran, bahkan pepatahpun mengatakan “Pengalaman adalah guru yang paling
berharga”.
Di belahan dunia lain seorang gadis duduk termenung melihat
bulan, sinarnya begitu terang, perasaannya seperti terhipnotis, matanya tak ingin terpejam, tak ada yang mengetahui
apa isi hatinya, apa yang sedang di bayangkannnya, bayangannya terlihat asik
mengobrol dengan bulan, walaupun bibirnya tak bergerak sedikitpun.
Di waktu yang bersamaan, pantai terlihat begitu indah,
mentari senja melantunkan nada hangat pada sepasang mata indah, air mata menari
dengan bebas pada pipinya, dia rindu kekasih yang telah lama meninggal.
Meskipun pada zona waktu yang berbeda sepasang kekasih
mengucap janji selalu setia, janji yang tak bisa mereka tepati, takdir harus
memisahkan mereka, lelaki meninggalkannya setelah merasa bosan akan sifat
pasangannya.
Hidup sungguh kejam, rahasianya bagaikan air hujan yang
sembunyi di balik tanah, cinta tak memiliki akhir, karena di saat kita merasa
sepi, mereka merasakan kasih, di saat kita menangis, mereka tertawa.
Jangan pernah merasa dirimu seorang yang paling beruntung
ataupun paling tersiksa, karena sesungguhnya masih banyak di luar sana yang
lebih beruntung dan lebih tersiksa daripada anda.
Tetaplah tersenyum, karena kita tak pernah tahu kemana hidup
akan membawa kisah kita. Seperti embun di pagi hari, walaupun akan menghilang
di saat siang, tetapi tetap memberikan kehidupan di saat pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar