Pagi itu sama seperti pagi-pagi yang lainnya, dia mulai
dengan ucapan tidak jelas yang keluar dari bibir perokoknya, entah sudah berapa
gelas minuman yang dia teguk semalam untuk membantu dirinya agar tertidur lebih
cepat.
Namanya tejo, dia mahasiswa fakultas hukum sebuah
universitas negeri yang terlambat wisuda, masalahnya hanya satu, tidak ingin “dewasa”
.
Tejo menganggap menjadi pribadi dewasa adalah sebuah bunuh
diri, membunuh kesenangan, membunuh harapan, membunuh perasaan, bahkan membunuh
waktu .
Di ambilnya sebatang rokok dari bungkus marlboro merah yang
tergeletak di lantai kamarnya, sambil membakar rokoknya dia menengok keluar jendela
dan melihat cuaca di pagi itu, kembali dia bergumam dengan dirinya sendiri,
terjadi perdebatan dalam pikirannya, hari yang di harapkan cerah ternyata
mendung kelabu.
Sejenak kemudian dia terdiam, matanya tertuju kepada layar
hp yang semalaman tidak di sentuhnya, walpapernya masih sama seperti bulan
lalu, foto mantan kekasih yang meninggalkannya karena alasan yang tidak jelas.
Diraihnya alat komunikasi modern itu dalam sunyi, sinar
matahari tidak berkunjung ke dalam kamarnya, mentari seperti enggan menyapanya
di pagi itu.
Kenangan mulai tumbuh di kepalanya, akar-akar masa lalu
mulai menggrogoti tubuh kurusnya, gadis itu bernama Surti. Surti adalah gadis
keturunan tionghoa yang pernah mengisi hatinya dahulu.
Berawal dari pertemanan yang terjalin biasa saja, Tejo dan
Surti tanpa sadar menyimpan rasa dalam diri masing-masing, tetapi pribadi Tejo yang keras serta kebiasaan
Surti yang sering di manja dalam lingkungan keluarga membuat mereka sering
bertengkar.
Tejo yang selalu tersenyum di saat membaca kata-kata amarah
penuh emosi dari Surti selalu menanggapi itu sebagai bagian dari kisah mereka,
sampai suatu saat Surti mulai jenuh dengan semua kisah yang mereka jalani, dan
di saat itulah dunia Tejo mulai terasa datar kembali.
Mulai dia membuka album foto yang terdapat di hp, di
perhatikan kembali dengan seksama tiap foto Surti yang terdapat dalam album hp,
sedikit keraguan untuk menekan tombol delete yang terdapat pada ujung keypad
hp, kembali terjadi perdebatan sesaat dalam kepalanya, dan akhirnya jemari yang
beraroma rokok itupun menghapus tiap kenangan yang ada dalam alat elektronik
tersebut.
Tejo ingin berubah, di pagi itu dia tersadar bahwa semua
yang dia lakukan sia-sia, surti tidak akan pernah kembali, Surti telah pergi
meninggalkannya, Surti telah hilang dalam dekapnya, kenangan hanya akan
menumbuhkan Surti-surti yang lain dalam kehidupannya.
November menjadi bulan yang paling dia benci, november
menjadi pohon tua kering yang selalu ingin dia tumbangkan, dalam halaman kecil
hatinya kini dia mulai mencari pohon lain untuk ditanami, mungkin esok,lusa,
atau kapanpun itu, dia berharap pohon itu tidak seperti pohon Surti.
Akhirnya dia beranjak keluar kamar dan membuat secangkir
kopi hangat, beserta rokok yang masih tersisa di tangannya dia kembali masuk ke
kamarnya yang masih enggan di sinari oleh mentari, dinyalakannya laptop yang
selalu setia menunggunya untuk di jamah.
Tejo mulai menulis kembali, mulai menulis cerita tentang
Soma !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar