Selasa, 20 November 2012

Cerita Pagi



Pagi itu sama seperti pagi-pagi yang lainnya, dia mulai dengan ucapan tidak jelas yang keluar dari bibir perokoknya, entah sudah berapa gelas minuman yang dia teguk semalam untuk membantu dirinya agar tertidur lebih cepat. 

Namanya tejo, dia mahasiswa fakultas hukum sebuah universitas negeri yang terlambat wisuda, masalahnya hanya satu, tidak ingin “dewasa” .

Tejo menganggap menjadi pribadi dewasa adalah sebuah bunuh diri, membunuh kesenangan, membunuh harapan, membunuh perasaan, bahkan membunuh waktu .

Di ambilnya sebatang rokok dari bungkus marlboro merah yang tergeletak di lantai kamarnya, sambil membakar rokoknya dia menengok keluar jendela dan melihat cuaca di pagi itu, kembali dia bergumam dengan dirinya sendiri, terjadi perdebatan dalam pikirannya, hari yang di harapkan cerah ternyata mendung kelabu.

Sejenak kemudian dia terdiam, matanya tertuju kepada layar hp yang semalaman tidak di sentuhnya, walpapernya masih sama seperti bulan lalu, foto mantan kekasih yang meninggalkannya karena alasan yang tidak jelas.

Diraihnya alat komunikasi modern itu dalam sunyi, sinar matahari tidak berkunjung ke dalam kamarnya, mentari seperti enggan menyapanya di pagi itu.

Kenangan mulai tumbuh di kepalanya, akar-akar masa lalu mulai menggrogoti tubuh kurusnya, gadis itu bernama Surti. Surti adalah gadis keturunan tionghoa yang pernah mengisi hatinya dahulu.
Berawal dari pertemanan yang terjalin biasa saja, Tejo dan Surti tanpa sadar menyimpan rasa dalam diri masing-masing,  tetapi pribadi Tejo yang keras serta kebiasaan Surti yang sering di manja dalam lingkungan keluarga membuat mereka sering bertengkar.

Tejo yang selalu tersenyum di saat membaca kata-kata amarah penuh emosi dari Surti selalu menanggapi itu sebagai bagian dari kisah mereka, sampai suatu saat Surti mulai jenuh dengan semua kisah yang mereka jalani, dan di saat itulah dunia Tejo mulai terasa datar kembali.

Mulai dia membuka album foto yang terdapat di hp, di perhatikan kembali dengan seksama tiap foto Surti yang terdapat dalam album hp, sedikit keraguan untuk menekan tombol delete yang terdapat pada ujung keypad hp, kembali terjadi perdebatan sesaat dalam kepalanya, dan akhirnya jemari yang beraroma rokok itupun menghapus tiap kenangan yang ada dalam alat elektronik tersebut.

Tejo ingin berubah, di pagi itu dia tersadar bahwa semua yang dia lakukan sia-sia, surti tidak akan pernah kembali, Surti telah pergi meninggalkannya, Surti telah hilang dalam dekapnya, kenangan hanya akan menumbuhkan Surti-surti yang lain dalam kehidupannya.

November menjadi bulan yang paling dia benci, november menjadi pohon tua kering yang selalu ingin dia tumbangkan, dalam halaman kecil hatinya kini dia mulai mencari pohon lain untuk ditanami, mungkin esok,lusa, atau kapanpun itu, dia berharap pohon itu tidak seperti pohon Surti.

Akhirnya dia beranjak keluar kamar dan membuat secangkir kopi hangat, beserta rokok yang masih tersisa di tangannya dia kembali masuk ke kamarnya yang masih enggan di sinari oleh mentari, dinyalakannya laptop yang selalu setia menunggunya untuk di jamah.

Tejo mulai menulis kembali, mulai menulis cerita tentang Soma !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar